Rabu, 29 April kemarin Teater Asa UIN Walisongo berhasil
mementaskan pementasan teater dengan lakon Nyonya-nyonya. Sebuah naskah karya wisran Hadi yang di
sutradarai Widyanur Rahmat atau sering dipanggil “Benyok” ini berhasil menembus
penonton hingga 300 penonton. Sebuah kisah yang diawali dengan kemunculan Tuan Wirawan
yang merasa kesal karena alam yang tak bersahabat dan ramalan cuaca yang sering
meleset sehingga ia harus berhadapan dengan Nyonya Hayati sebagai pemilik rumah
yang ia gunakan untuk berteduh. Lalu terjadilah cek cok antara keduanya yang sama-sama ingin menang.
Dilanjutkan kehadiran keponakan dari paman (Istri Nyonya Hayati) yang datang
memperjuangkan harta pusaka yang dalam ceritanya itu harta tersebut digunakan
paman untuk kebutuhan istrinya (Nyonya Hayati).
“Sebenarnya
kisah dalam naskah ini mengangkat kehidupan matrealistis seorang nyonya, dimana
awal-awalnya ia berjuang benar mempertahankan harga diri dan martabatnya, namun
ketika berhadapan dengan uang semuanya berubah drastis, si Nyonya tidak ingat
lagi akan martabat sebagai Istri” ujar kang Benyok ( selaku Sutradara). Dalam pementasan tersebut selain mengangkat matrealistis wanita
juga mengangkat adat minangkabau, dimana harta pusaka itu sangat sakral di
padang. Itu dibuktikan dengan kemunculan keponakan yang meminta hak atas harta
pusaka. Harta pusaka kalau ditanah jawa bisa dikatakan dengan harta waris
(harta milik bersama dari keturunan keluarga). Si keponakan bersekongkol untuk
mengambil hak atas harta pusaka lewat istri pamannya. Hal itu merupakan sebuah
alibi dari keponakan untuk mencuri hati paman yang dikisahkan menderita
penyakit kangker lidah dan dirawat dirumah sakit.
Pementasan
yang berdurasi kurang lebih 80 menit ini dihadiri oleh teater-teater kampus
lain baik dalam ruang lingkup semarang maupun luar semarang, dan komunitas seni
lainnya serta tokoh-tokoh budayawan. “ini adalah pementasan yang sangat komplek, dimana dalam
adegannya itu mengangkat plot secara utuh, mulai dari pekarangan, teras, ruang
tamu hingga ruangan khusus” ujar Ilham salah satu penggiat seni di teater
Eska(UIN Sunan Kalijaga). Diskusi yang berdurasi 60 menit an ini membuat terlena para audience yang
mengikuti proses diskusi, sehingga berbagai macam pertanyaan terus terlontarkan
mulai dari pesan yang disampaikan dalam pementasan sampai ke tekhnis
pementasan.(RG)