Selasa, 18 November 2014

PELATIHAN LEADERSHIP & OUTBOUND

PELATIHAN LEADERSHIP & OUTBOUND

di Buper Gonoharjo, limbangan, kendal

dengan Pemateri: Saifudin, S.Hi, M.H











Sabtu, 15 November 2014

Harlah ASA ke 32


Reinkarnasi
ke 32


OLEH : Siti Aisyah

Hujan pun ikut hadir. Sekitar pukul 19.00 WIB, gerimis menetes di tubuh 
kami, satu, dua, tiga dan terus bertambah. Segera karpet digulung, alat 
musik diamankan, dan peralatan yang sekiranya terkena hujan 
disingkirkan. Derasnya hujan menambah kedekatan Lurah, pengurus, suheng,
dan warga teater Asa. Sedulur, begitulah panggilan akrab kami. Sabtu, 
18 Oktober 2014, teater Asa tepat berusia 32 tahun. Usia yang tidak muda
lagi. Walaupun dihiasi pro dan kontra dalam perjalanannya, teater Asa 
selalu menghasilkan karya-karya yang luar biasa. 
Sore itu, berawal dari istighosah dan khataman Al Quran yang dipimpin 
kang Nawir. Ayat-ayat suci dilantunkan dengan khidmat oleh 
sedulur-sedulur teater Asa. Tak berapa lama kang Ashyar dan kang Donat 
hadir. Tahlil dan doa dipimpin oleh mereka. Acara berakhir bersamaan 
dengan dikumandangkannya adzan maghrib. Segera kami persiapan untuk 
sholat berjamaah, sholat dipimpin oleh kang Nawir. 
Sembari menunggu acara ceremonial dimulai, kami istirahat sejenak, 
ditemani kopi, teh dan makanan kecil sebagai pelengkap suasana. Namun, 
titik demi titik air hujan mendarat di tangan kami. Suasana itu menambah
kehangatan diantara para sedulur. Sekitar setengah jam kami harus 
menunggu hujan reda. Namun, itu tak menyurutkan semangat kami yang 
sesuai dengan tema kali ini, Reinkarnasi Spirit Asa. Pukul 19.30, MC 
memulai acara. Serangkaian Acara dibacakan. Tiba pada puncaknya, doa dan
pemotongan tumpeng oleh kang Jeki, dan ibu lurah sebagai penerima 
potongannya. 
Acara dilanjutkan dengan istirahat. Sholawat dan mokong, musik khas 
teater Asa menjadi pengantar kami mengawali hidangan yang telah 
disediakan oleh seksi konsumsi. Rasa kekeluargaan tampak jelas disini. 
Canda tawa berpadu dalam suapan nasi. Setelah kiranya para sedulur 
selesai menikmati hidangan, acara dilanjutkan dengan sarasehan. 
Pendapat-pendapat para suheng tentang teater Asa di putar dalam bentuk 
video, termasuk didalamnya ada kang Rahmad; salah satu pendiri teater 
Asa. Banyak pesan yang mereka sampaikan. Mulai dari pengalaman hingga 
harapan kedepannya untuk teater Asa.
Sarasehan dipimpin oleh kang Wikha. Beberapa suheng menceritakan 
pengalamannya, seperti kang Jeki, kang khamid, kang Aziz Watu, dan kang 
Gesang. Mereka menceritakan pengalaman yang waktu itu pahit, dengan 
tersenyum. Tak mudah memang. Namun, itu semua bisa dilakukan jika dengan
keikhlasan. Apalagi saat berproses. Banyak sedikitnya peran kita dalam 
suatu proses, harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. “jangan 
meremehkan peran, karena peran sekecil apapun itu bagian dari kerja 
kolektif.” Tutur kang Jeki(pengaransemen sholawat mokong).
Banyak pengalaman unik yang mereka alami selama hidup di teater Asa, 
seperti kang Gesang yang awalnya menangis saat diajak kang Nawir makan 
nasi kotak bekas di samping audit dua, kang watu yang waktu ujian 
skripsi ditanya-tanya tentang asal usul namanya, kang Khamid yang harus 
keliling pabrik untuk mendapatkan kardus yang banyak karena digunakan
untuk settingan, dan masih banyak lagi. Tak berapa lama kemudian, kang
Arif Zami datang. Beliau membuka perbincangan dengan sedikit slentingan.
Tak terlalu formal, tapi tetap berwibawa. Beliau menuturkan bahwa orang
teater itu harus sukses. Karena pada dasarnya, kesuksesan itu 
menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. “orang kaya itu bukan
sukses, melainkan Allah menutupi kekurangannya.” Jelasnya. Setiap proses
mempunyai pelajaran yang membuat kita dewasa. Ikut teater itu bukanlah 
paksaan, tapi suatu panggilan. Walaupun banyak yang mencemooh, itu sudah
biasa. Memang, dari generasi ke generasi pasti menghadapi kegelisahan 
yang berbeda. Tapi, itu bukanlah suatu alasan untuk berhenti berpikir 
dan berkarya.
Jarum jam hampir menunjuk di angka 11 dan 12. Seksi acara mengakhiri 
acara malam ini dengan menyuguhkan beberapa hiburan. Para suheng dan 
warga bersaut paut dalam panggung, mempersembahkan kado untuk teater 
Asa. Pementasan dalam rangka harlah, berlanjut pada 
tanggal 21 0ktober 2014.

Minggu, 09 November 2014

Haruskah Membeli Mimpi


Haruskah Membeli Mimpi
oleh: Tiar Bachroni
“Mimpi yang terbeli” begitulah iwan fals mengutarakan keadaan negeri ini
Negeri  yang penuh dengan mimpi mimpi
Mimpi yang menjadi nyata untuk orang kaya
Bagi yang ber uang mempunyai kekuasaan
Inilah Negeri kita
Katanya telah merdeka, demokrasi
Soal mimpi saja kini  menjadi harga dan harus dibeli
Bagaimana dengan orang yang mempunyai mimpi
Tapi tak cukup uang untuk membeli
Haruskah menjual harga diri
Ataukah menelantarkan mimpi mimpi

“Katanya negeri kita itu kaya
Tapi nyatanya selangit hutangnya”
Begitulah Teater Asa menggambarkan keadaan negeri ini
Memang kaya, kaya akan hutangnya
Dan uang hasil pembelian mimpi rakyatnya

Aduhai,
Inikah yang dinamakan merdeka
Ataukah demokrasi
Hutang berceceran dimana-mana
Sampai kapan mimpi mimpi itu berhenti untuk dibeli.






 
Design Downloaded from Free Website Templates Download | Free Textures | Web Design Resources